Welcome...

um.. saya membuat blog ini untuk share pengetahuan yang saya petik dari internet dan buku, semoga bermanfaat bagi anda ^^

Jumat, 29 Juli 2011

Sejarah Candi Ngawen (terkubur)

Candi Ngawen yang terletak di Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang Jawa Tengah ini merupakan satu dari sekian banyak candi di Kabupaten Magelang yang bercorak Budha. Candi Ngawen memang masih kurang dikenal oleh masyarakat. Bahkan masyarakat Magelangpun hanya sedikit yang mengetahui keberadaannya. Jika ditinjau dari segi lokasi, Candi Ngawen terletak tidak jauh dari pasar Muntilan. Dari Jalan Pemuda Muntilan hanya sekitar satu kilometer ke selatan. Pendek kata, Candi Ngawen ini berada pada lokasi yang mudah dijangkau.
Pada awalnya Candi Ngawen ditemukan oleh Belanda . Kemudian oleh Belanda dipugar pada tahun 1911. Menurut catatan yang ada pada pos penjagaan, Candi Ngawen dibangun sekitar abad 8, tepatnya pada masa dinasti Syailendra (Budha) dan dinasti Rakaipikatan (Hindu). Candi ini termasuk dalam candi Budha meskipun dibangun oleh dua dinasti yang berbeda. Karena dibangun pada dua dinasti inilah Candi Ngawen dijuluki Candi Peralihan.
Candi Ngawen bila dipandang sekilas bentuk bangunannya nyaris mirip dengan bangunan candi Hindu. Hal ini disebabkan bangunan candi yang meruncing. Tetapi apabila diamati dengan seksama, candi ini memiliki stupa dan teras (undak-undak) yang menjadi simbol dalam candi-candi Budha. Selain bangunannya yang mirip dengan candi Hindu, bentuk bangunan Candi Ngawen memiliki sedikit banyak kesamaan dengan Candi Mendut. Candi Mendut yang merupakan rangkaian candi Budha sekitar 5 km dari situs ini.
Kompleks Candi Ngawen mencakup lima bangunan candi dengan letak berderet. Terdiri dari dua candi induk dan tiga candi apit. Candi induk merupakan candi utama, sedangkan candi apit adalah candi yang letaknya mengapit candi induk. Candi apit juga diartikan sebagai bangunan pendamping candi induk. Karena candi induk diapit oleh candi apit, letak dari candi induk ada pada bangunan kedua dan keempat.
Candi induk yang pertama merupakan satu-satunya candi yang masih lengkap diantara empat candi lainnya. Meski paling lengkap, sayangnya, stupa pada candi ini sudah pecah menjadi beberapa bagian sejak awal ditemukannya. Ini membuat stupa candi tidak dipasang dandiamankan dengan kata lain disimpan. Sebagai candi yang paling utuh, candi induk pertama itu memang paling banyak batu penyusunnya. Dengan tujuan pengamanan, pemerintah memperkuat sambungan batu tersebut dengan memberi lapisan semen. Adapun untuk batu asli yang rusak, terpaksa diganti dengan batu polosan. Batu polosan yang dimaksud adalah batu yang tidak ber-relief seperti aslinya.
Berbeda dengan candi induk pertama, kondisi candi induk kedua lebih parah. Sebab pada candi induk kedua tersebut begitu banyak batu penyusun yang pecah-pecah dan hilang. Stupanya bahkan juga hilang. Bila diprosentasekan hanya lima puluh persen saja batu yang masih layak pada bangunan keempat ini. Hal ini membuat bangunan keempat pada Candi Ngawen berdiri, tetapi tidak sempurna. Hanya berlantai namun tak beratap dan tak berdinding.
Di samping itu, batu-batu di pelataran candi tidak sebatas batu penyusun candi induk dan candi apit. Masih banyak lagi batu-batu lain yang ditemukan, namun tidak termasuk dalam batu penyusun candi induk dan apit. Batu-batu itu adalah batu lain yang hingga sekarang belum jelas arti dan fungsinya. Batu tadi ditata rapi di taman candi. Untuk memperindah pelataran candi, pihak pengelola menanami bunga-bunga indah, beserta kolam lengkap dengan bunga teratai di tengahnya.
Struktur fondasi empat candi perwara dari Candi Ngawen di Desa Ngawen, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, kini ambles sedalam 25-30 sentimeter. Selain karena gempa, kondisi ini juga dipicu oleh getaran-getaran lain, seperti erupsi Gunung Merapi dan lokasi candi yang berada di cekungan.
Kepala Seksi Pelestarian Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah Gutomo mengatakan, kondisi ini menyebabkan bangunan candi menjadi asimetris. “Karena antarbatu tidak memiliki perekat apapun, maka kondisi bangunan yang asimetris menyebabkan sebagian batu lepas dari susunannya semula,” ujarnya, Kamis (16/6). Meski demikian, candi tidak mengalami kerusakan serius.

Saat ini di bawah fondasi setiap candi perwara terdapat dua hingga tiga lapis batu yang runtuh. Satu lapis terdiri atas 60 batu.
Candi Ngawen terdiri atas lima candi perwara dan satu candi di antaranya kondisi baik karena sudah dipugar tahun 1980-an.
Menyikapi kondisi tersebut, maka empat candi perwara akan mulai diperbaiki secara bertahap. Petugas pelaksana pemugaran Candi Ngawen, Semi, mengatakan, mulai Rabu (15/6) perbaikan untuk satu bangunan candi perwara yang ambles dimulai.
“Pemugaran satu bangunan candi ini akan memakan waktu hingga 60 hari,” ujarnya. Pemugaran ini melibatkan 14 tenaga kerja. Pemugaran akan dilaksanakan dengan membongkar keseluruhan bangunan candid an membuat lapisan beton yang diperkuat dengan cor pelat, sebagai tempat penyusunan kembali batu-batu daro camdo bercorak Buddha peninggalan abad ke-8 tersebut. (EGI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar